Dan BULAN pun TERSENYUM
Oleh : nisa_naz
“Assalamualaikum. Ukhti
bisakah keluar sebentar? Lihatlah langit, ada bulan sabit dengan dua bintang
diatasnya. Subhanallah, indah sekali.”
Sms yang cukup panjang itu mampir di
HP Annisa, beberapa waktu yang lalu. Annisa pun keluar rumah dan melihat
langit. Benar, malam itu ada pemandangan langka. Bulan sabit tersenyum dengan
berhiaskan dua bintang tepat diatasnya. Annisa lalu membalas sms Salma,
sahabatnya, ”Iya Ukh, subhanallah, indah sekali. Syukron!”
Ayat-ayat Allah subhanahu
wata’ala di alam ini, kalau kita resapi keindahannya memang seringkali
menggetarkan jiwa. Adakalanya kita menjadi sangat kecil di hadapanNya. Bulan
sabit yang tersenyum atau purnama yang bersinar menerangi alam, pesona mentari
yang baru terbit atau tenggelam, ombak di lautan yang selalu menggetarkan, juga
gunung berapi yang kokoh menjulang, sementara aktivitas vulkanik di dalamnya
terus menggelegak. Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Hanya kalimat subhanallah,
wallahu akbar (Maha Suci Allahdan Allah Maha Besar) yang pantas terucap saat
kita terkagum-kagum menyaksikan pesona alam atau ayat-ayat qauniyah Allah
Ta’ala itu.
Annisa jadi teringat pengalamannya
saat bersama keluarganya berkunjung ke lereng gunung Merapi beberapa waktu
setelah gunung itu meletus. Saat itu ia hanya berada beberapa meter di bawah
puncak gunung berapi teraktif di dunia itu. Puncak gunung yang kroak (seperti
ada lekukan kawahnya) itu sudah tidak lagi mengeluarkan lava pijar. Tinggal
pasir dan bebatuan yang tidak panas lagi, yang menjadi saksi peristiwa itu.
Ya, beberapa waktu yang lalu… gunung
tampak tenang itu telah memuntahkan lahar, pasir, bebatuan dan awan panas!
Hampir semua yang dilewatinya tidak bisa selamat. Rumah-rumah roboh, pepohonan
tumbang, dan manusia serta hewan banyak yang kehilangan nyawa… Mereka semua
terpanggang lahar yang berpijar atau terjebak wedhus gembel (awan panas) yang
bisa membuat kuliat kulit terkelupas dan mematikan. Mata Annisa saat itu
terpaku pada sebuah bunker (tempat berlindung di bawah tanah) yang tepat berada
di hadapannya. Ia baca di koran, di bunker itu… beberapa nyawa yang ingin berlindung
dari amukan Merapi kala itu, tewas terpanggang. Innalillahi wa inna ilaihi
raaji’uun…
Siapa pun memang tak bisa
menghindar, bila waktu yang telah ditentukan itu datang. Maut, setiap kita tak
pernah tahu kapan ia akan menjemput. Sudahkah kita mensyukuri segala nikmatNya
yang tak terhitung sebelum malaikat maut menghampiri kita?
Sumber : Majalah Elfata edisi 02 vol
09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar